Selasa, 11 Juni 2013

Lagi lagi air mata.

Detik telah berubah kemenit. Hari telah berubah menjadi bulan. Tapi mengapa luka tak kunjung sembuh? Mengapa rasa sayang tak kunjung padam? Akankah semua itu selamanya? Bukankan tidak ada kata selamanya? Yaa....mungkin ini yang disebut kehidupan. Penuh teka-teki. Penuh pilihan dan resikonya. Ada yang terluka disetiap kebahagiaan. Apakah itu adil? Atau itu memang skenario yang sudah dituliskan Tuhan? Perputaran roda kehidupan bukankah salah satu skenario? Bersyukur dan bertahan dalam rasa sakit? Kurasa itu pilihan. Tapi bukankah disetiap cobaan yang telah diberikanNya tetap ada kekuatan dan rasa syukur yang dianugrahkan untuk manusia? Entah kehidupan siapa yang akan aku ceritakan kali ini.

Dia terus berjalan ditengah kerasnya kehidupan. Di pahit manisnya kehidupan. Dan tentunya dia tetap bertahan dengan rasa sakit dan takut yang selalu menghantuinya setiap malam. Dia terus memancarkan senyum palsu hanya karena tak ingin melihat orang disekelilingnya memikirkannya. Dia tetap menjadi penengah dan penghibur teman-temannya walau untuk menghibur dirinya sendirinya pun dia tak mampu.
Suatu siang led tiba-tiba berubah menjadi merah, dia langsung cepat membuka dan sungguh diluar harapan. Apa yang dia baca saat itu adalah hal utama yang selama ini dia takuti, dan ternyata BBM itu malah membuatnya semakin jatuh. Namun, dia tetap beperilaku 'seakan semuanya baik baik saja'. Dia terus menahan semua pedih,sakit itu walau sudah ada air yang siap membahasi pipinya tapi dia coba menutupi dari teman-temannya. Setiap malam dia seakan membaur dengan kenangan indah yang sudah berbulan-bulan terus menghantui pikirannya. Hanya kenangan itu yang menjadi alasan senyum palsunya. Dia lelah bahkan dia benci dengan keadaan yang dia rasakan, tapi dia tau bahwa hidup itu takan selamanya mulus dan baginya masalah mungkin akan mendewasakan dirinya dan memberikan pelajaran berharga untuk kehidupannya kelak. Dia selalu menghelakan nafas dan tetap tersenyum saat mendengar kabar yang sebenarnya tak ingin dia dengar. Dia menahan rasa yang benar-benar menyesakan dadanya.

Suatu malam dia terbaring ditempat yang baginya paling nyaman. Di sampingnya selalu ada Ipad dan HP yang takan jauh dari genggamannya. Dia membuka laci dan dia mengambil salah satu novel dari dalam laci. Dia membacanya, belum jauh hanya sampai halaman 30. Tibatiba sahabatnya menelpon dan mereka berceloteh cukup lama. Tawa canda seakan menghangatkan percakapan mereka. Paketan habis, dan percakapan mereka yang tak begitu lama terputus. Dia kembali menyentuh novelnya...beberapa kalimat demi kalimat yang dia baca tiba-tiba dia melihat kalender. Dia menghitung hari. Didalam hatinya dia bertanya pada dirinya 'apa yang akan terjadi dihari minggu nanti? Haruskah aku turut berbahagia? Atau apa?' dia tetap terdiam memandang kalender dengan tatapan menyimpan luka. Tiba-tiba BBM kembali berbunyi dan seperti biasa teman-temannya mengajaknya curhat. Dia semakin merasa keadaan yang ada pada dirinya tak pantas untuk dia syukuri setelah salah satu sahabatnya bercerita panjang tentang persahabatn mereka yang sekarang sedikit renggang dan setelah membaca bbm dari ayahnya. Huruf demi huruf dia rangkai tapi sepertinya mata kecilnya sudah berkaca-kaca. Salah satu sahabatnya mengirimkan VN yang bermaksud menghibur dirinya dengan mengirim ucapan selamat malam. Tapi ucapan itu sealan menusuk hati dan telinganya dan kembali memutar otaknya untuk meningat semua kenangannya dan masa lalunya itu. Dia bergegas membuka album VN nya dan mendengarkan rekaman suara singkat namun sangat berkesan baginya itu. Setelah itu hatinya seperti menyuruhnya untuk membuka instagramnya. Dan......hujan pun membasahi pipinya, dia menangis terisak seakan ingin mengeluarkan rasa sakit yang selama ini terpendam dihatinya....dia seakan merindukan sosok seseorang tapi disisi lain dia merasa gagal atas hasil yang didapat di Ujiannya itu. Tengah malam sunyi yang dibumbuhi suara tangisan kecil. Dia langsung berrcerita pada salah satu sahabatnya dia mengirimkan VN dengan suara merintih itu. Temannya segera menasehatinya panjang lebar, dia terpatung mambaca pesan yang cukup panjang dari temannya itu. Matanya menatap langit-langit kamarnya dan sedikit melirik ke arah boneka kecil berwarna biru. Dia tak mau terus menerus hidup dengan topeng, dengan kemunafikan, dengan rasa sakit&masa lalu. Karena apa? Hal itulah yang selalu menjatuhkan air matanya. Dia berjanji takan mengeluarkan air matanya karena alasan yang sama. Dia segera mengambil air wudhu dan membuka sajadahnya.

Dia sadar inilah kehidupan yang sesungguhnya. Nano-nano rasanya. Mungkin yang sekarang dia alami ada lah salah satu skenario yang telah ditulis Allah. Satu keyakinanya , semua pasti ada jalan dan titik terangnya. Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan umatnya. Teman-temannya lah yang menjadi salah satu alasannya dia tetap tersenyum dan bahagia. Dia memang merindukan sosok cowok tinggin dan berbehel yang sudah memiliki wanita lain itu. Ti disatu sisi dia tetap bersyukur dengan apa yang dia miliki saat ini, dan dia tetap bersyukur laki-laki yang dirindukannya itu tetap bisa berbahagia, sehat walau tanpa dia dan percakapan mereka seperti dulu. Dia percaya roda kehidupan berputar. Dia percaya Allah telah menyiapkan kebahagiaan untuknya. Mungkin dia merasa sakit, luka, tangis bahkan dia seakan tak mengenal kebahagiaan yang ada dihari-harinya hanyalah fake smile dan berjuang untuk bangkit. Jatuh bangkit lagi, bukankah semua itu memang butuh perjuangan keras? Didunia ini tidak ada yang instan, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar